Rabu, 15 April 2009

Penironku dulu.., Penironku kini..., dan Penironku nanti...

Sebagai manusia yang lahir di Peniron sebelah kulon 34 tahun yang lalu saya ingin mencoba berbagi pengalaman atau sedikit mencurahkan isi mpoloku pada blog ini. Masih teringat betul di kepala ini keadaan desaku yang kucintai kala itu, sungai yang jernih mengalir menerpa bebatuan hitam, banyak ikan hilir mudik di tengah- tengah bebatuan. Ketika malam, suara gemericik air yang menerpa bebatuan menemani heningnya malam yang dingin, suara kodok ijo yang bergama saling bertautan, sehingga membuat tidur menjadi semakin nyenyak di buai oleh nyanyian kodok - kodok tadi. Ketika musim hujan tiba air yang mengalir begitu deras dan melimpah sehingga bisa di lewati oleh pedagang bambu untuk membawa bambu ke pengepul bambu di daerah kota. Waktu itu untuk perbaikan gizi cukup dengan mencari ikan di kali aja sudah cukup, karena kala itu makan daging kalo bukan hari lebaran atau maulid nabi adalah sesuatu yang susah di temukan. Di sawah sawah masih mudah kita menemukan belut dan keong yang bisa untuk di nikmati sebagai perbaikan gizi. Ketika musim kemarau datang, main layangan adalah suatu hal yang sangat menyenangkan, main bola dengan kumpulan plastik bekas dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi bundar seperti bola, main panggalan/gasing adalah hal yang membanggakan jika berputarnya paling lama. Ketika malam tiba dan bulan menyinarkan cahaya terangnya, main petak umpet / lithongan adalah permainan favorit anak anak kala itu, terus main betengan. Ketika rembulan tidak menampakan cahaya, mencari ikan di malam hari/ngobor adalah hal yang menyenangkan, karena selain mendapat ikan juga kadang kadang ketemu hantu, itu kata temen bukan saya yang ketemu. Ketika pagi datang, langsung bergegas ke kali untuk mandi dan siap siap untuk pergi sekolah. Pergi kesekolah pergi ramai ramai dengan teman teman yang selalu kompak untuk pergi bersama.
Dulu masih mudah kita menemui monyet , ayam hutan dan kadang kadang babi hutan, namun sekarang sudah tidak pernah di temukan lagi, mungkin anak anak kita sekarang melihat monyet, babi hutan, ayam hutan hanya di TV saja. Dan kelak cucu cucu kita hanya akan mendengar cerita saja bahwa dulu ada namanya hewan monyet bentuknya begini, seperti itu saja. Sekarang di kali kali sudah susah menemukan ikan air tawar, mungkin nemu ikan mando/ gondok/ bogo barang 3 atau 5 ekor saja adalah udah suatu yang luar biasa banyaknya. Kala dulu takarannya ember, kalo kita mencari ikan di kali. Mungkin kelak anak cucu cucu kita hanya akan mendengar cerita begini.., leee dulu di sini katanya banya ikan, banyak udang terus banyak ikan lele. Dulu di daerah kebo kuning adalah tempat yang sangat menyenangkan, sepanjang jalan kebo kuning berdiri kokoh pohon pohon besar nan rimbun, dikelilingi hamparan sawah yang luas, menerawang di atas padi yang sedang menguning dan melihat beberapa anak sedang memancing belut, banyak terlihat anak anak penggembala kerbo sedang asyik duduk di punggungnya, indaaahhh... sekali kala itu. Kini hamparan sawah mulai berkurang karena tanahnya banyak di jual untuk membuat genteng, pohon pohon di pinggir jalan sudah hilang karena mati atau sengaja di tebang tapi tidak di tanami pohon yang baru. Mungkin kelak sawah sawah itu akan menjadi hamparan rumah yang berdiri, lagi-lagi besok anak cucu kita, hanya akan dapat sebuah cerita, leee... di sini dulu sawah yang luas lhoo, banyak belut, banyak burung kuntul yang bertebangan. Dan dulu lagi, kali lukulo dulu hamparan pasir yang terbaik di kebumen, begitu menghampar di sepanjang desa. Banyak anak anak memancing ikan boso, dengan mudahnya kita mendapatkannya. Tapi kini, hamparan pasir berubah menjadi hamparan lumpur, ikan- ikan boso menghilang karena musnah di racunin dan di setrum. Lagi-lagi, anak cucu kita hanya kebagian cerita, leee... dulu di sini kalo mau pasir tinggal ngeruk, cari ikan boso tinggal nglempar kail.
Pertanyaan yang muncul di mpolo saya adalah, apakah kita akan mewariskan hanya cerita saja kepada anak cucu kita, bahwa di sini dulu ada ini ada itu. Apakah kita akan tinggal diam saja akan hal hal seperti ini terjadi. Saya mengajak pada diri saya, kita harus melakukan sesuatu, sekecil apapun, seanadainya kita tidak mau di salahkan oleh anak cucu kita. Kita harus mencari pencegahan agar hal2 tersebut di minimalisir. Contoh kecil, di lakukannya penghijauan lagi, terus apabila ada orang2 yang mencari ikan dengan cara di racun, kita harus menegurnya dan masih banyak hal2 kecil yang bisa di lakukannya. Tapi dari hal2 kecil inilah kita bisa menjaga lingkungan kita menjadi terkendali. Akhir kata adalah hanya satu, Jaga bumi kita menjadi hijau..

4 komentar:

  1. Hallo Kang Sura.. Priben kabare?
    Saya yang hidup di desa saja miris melihat seperti yg Anda sampaikan. Ikan2 di kali yang menghilang disamping karena racun juga krn tak ada lg lubuk dan bebatuan. Air kali jg hanya ada kali habis banjir. Racun, setrum, penambangan batu, hutan pinus menurut sy adalah penyebabnya disamping pemanasan gombal.
    Mengenai sawah dan jalan bokuning memang ada salah kelola dari kita. Karena status jalan DPu maka seluruh pohon pelindung menjadi hak PU. Hasilnya juga diambil PU. Toh begitu di Peniron desa nekat menanami dg kayu jati. Mulai dari Bak dan Bokuning walaupun masih kecil sdh mulai tumbuh Di Bak krn yg ngrumat wong Bak tingginya sdh 3 meteran.
    Galian tanah sudah ditutup paksa walaupun masih byk masalah.
    Lithongan, betengan, jamuran, panggalan sudah tak diminati lagi. Anak2 tak lg tau ada padang wulan krn lbh asik nonton sinetron.
    Bumi Peniron memang sudah berubah, dan mungkin itu sudah menjadi keharusan perubahan peradaban??..

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah kabare apik, maturnuwun bisa mampir nang gubuku. Salam kanggo keluarga nang umah, maturnuwun juga atas penjelasannya. semoga peniron di tangan anak2 muda akan lebih maju dalam segala hal.

    BalasHapus
  3. Itu pak'e yang cerita, lha aku bocah kmaren sore, denger cerita begini itu sangat sulit aku jumpai sejak lahir. seolah olah cerita pak'e gambaran negeri di awan, meski itu benar di kala pak'e dulu. tapi sekarang hanya angan pak..

    BalasHapus
  4. Terimakasih untuk chuanx yang sudi mampir di blog saya ini. Terimakasih atas commentnya, perbedaan usia kita kayaknya gak begitu jauh hanya 10 tahunan.apalagi kalo perbedaan lebih dari itu, 30 th, 40 th, 50 th..., seperti apa ya peniron?

    BalasHapus