Senin, 06 April 2009

Kondangan ala desa peniron dan sekitarnya ...



Kondangan ( sumbangan ) adalah suatu kalimat yang biasa kita dengar. Kalau melihat kata sumbangan berarti memberikan sesuatu kepada seseorang tanpa di batasi besar dan jumlahnya, dan deberikan secara sukarela. Namun bagi warga peniron dan sekitarnya mendengar kata kondangan, di akui atau tidak membuat sebagian besar masyarakat menjadi suatu hal yang cukup membuat kepala pusing tujuh keliling. Padahal apabila kita melihat dari kata sumbangan adalah sesuatu yang akan mendapatkan pahala yang berlimpah, tentunya jika ini dilakukan dengan hati yang ikhlas. Namun sayangnya banyak sebagian dari kita, setelah memperoleh sega giling atau uleman banyak yang berkeluh kesah. Karena kultur warga peniron dan sekitarnya, jika akan mengadakan suatu hajatan, entah pernikahan, sunatan ataupun khaul biasanya memilih bulan bulan bagus, seperti bulan haji, bulan sapar dan bulan bulan lainnya yang menurut hitungan adalah bulan baik. Biasanya puncak hajatan jatuh pada bulan haji, ini adalah bulan yang paling banyak warga mengadakan hajatan.
Karena sebagian besar warga peniron dan sekitarnya masih kerabat, maka sega giling atau uleman saling datang bergantian. Masalah muncul, bahwa rata -r ata masyarakat berpenghasilan dari pertanian yang apabila di jual tidak sebanding dengan harga - harga keperluan untuk kondangan, maka kebutuhan pribadinya akan terabaikan. misal kebutuhan perbaikan rumah, biaya pendidikan dan lain sebagainya. Sampai- sampai nasi hasil oleh oleh kondangan tidak habis untuk di makan alias basi. Karena sudah menjadi kultur, entah kaya miskin akan mengadakan hajatan dengan pemikiran untuk mengumpulkan saudara saudara dan makan enak bareng bareng. Tentunya sesuatu ada sisi positif dan negatifnya, dan saya akan mengurai kedua sisi
tersebut.

SISI POSITIF

Akan mempererat tali silaturahmi dan rasa persaudaraan yang kuat sesama masyarakat. Ibarat kata susah senang ikut mersakan bareng-bareng. Disamping itu juga dapat menambah perputaran ekonomi di daerah. Kita bisa melihat, ketika keluarga kita akan mengadakan hajatan tanpa di komandoi warga akan saling tolong menolong untuk tercapainya hajatan yang sukses, terkadang malah si empunya rumah tidak ikut campur dalam mengelola acara hajatan tersebut, keculai dari sisi pendanaan. Dari masalah dana biasanya si empunya hajat akan memerkirakan hasil sumbangan yang akan di dapat, sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak biaya atau modal dasar. Bahkan bagi warga yang cekak dananya biasanya modal ngebon dulu ke warung dan akan mengembalikan setelah hajatan selesai.

SISI NEGATIFNYA

Sebagian warga yang kurang mampu memaksakan diri untuk mengadakan hajatan yang berujung setelah hajatan utangnya numpuk, apabila return amplopnya yang diterima tidak seimbang dengan pengeluarannya. Dan bagi para tetangga dan saudara akan berusaha sekuat tenaga untuk menyumbang walaupun dengan jalan mengutang ke warung. Akhirnya masing - masing sama-sama mempunyai hutang. Warungpun akhirnya kekurangan arus modal yang berakibat kurangnya pendapatan. Sisi negatif yang lain, hajatan di peniron dan sekitarnya relatif memerlukan waktu dan tenaga yang lama, bisa semingguan lebih dan berimbas pada kurang produktifnya warga dalam mencari nafkah.

Nah..., itulah sedikit gambaran tentang kondangan. Apakah di masa - masa yang akan datang tata cara hajatannya akan berubah, yang bisa menghemat biaya, tenaga dan waktu. Mungkin jamanlah yang akan merubahnya. Yang paling penting untuk di perhatikan adalah rasa kekeluargaan tidak berubah, persaudaraan tidak berhenti dan tolong menolong selalu di junjung tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar